YANG TLAH TERLUPA

Sebelumnya Nha' akan sedikit bercerita, karena ini merupakan CERPEN pertama saya... Cerpen pertama saya ini merupakan sebuah karya saya sendiri (original), cerpen ini pernah saya ikut sertakan dalam sebuah perlombaan karya tulis di Facebook yang bertajuk : Asah pena lagi yukkk di lomba UNSA AWARD 2011 "dicari 15 cerpen dan 15 puisi selama 15 hari"
di kategori cerpen pada bulan September 2011, ya walaupun tidak juara tetapi cerpen ini lolos 15 besar, lumayan lah daripada gak sama sekali hehehee.. Semoga tulisan saya ini bisa dinikmati, dan juga bisa menghibur siapa saja yang membaca terutama bagi anda para penikmat cerpen...
Selamat membaca.
"YANG TLAH TERLUPA"

nhacerita.blogspot.com

“Siapa aku?” tanyaku padanya saat dia terbangun dari tidurnya, dia hanya menggeleng dengan tatapan kosong,aku sangat yakin dia akan mengingat aku dan kenangan indah yang pernah kami lalui bersama “coba kamu ingat-ingat siapa aku? atau…siapa kamu?” desakku lagi, dia hanya menitikkan air mata, menutup wajahnya dan mulai terisak. “maafkan aku, aku terlalu memaksamu mengingat aku dan kenangan kita, istirahat saja, mungkin dengan begitu kamu bisa cepat sembuh” kataku padanya sambil berlalu, kembali kekamar tempatku dirawat, samar-samar kudengar isaknya semakin keras.
#####

Kejadiannya begitu cepat bahkan akupun tidak begitu ingat kejadian jelasnya, yang aku ingat ada gadis cantik bersamaku kala itu, sangat cantik, dia terlihat begitu bahagia begitupun dengan aku, aku yakin gadis itu Lira, kekasihku, tapi tiba-tiba pandanganku silau, hanya terdengar decitan dan jeritan setelah itu aku mendapati Lira tidak mengenaliku sedikitpun, bahkan dirinya saja dia tidak tahu, aku yang menyebabkan dia jadi seperti ini, aku tak akan memaafkan diriku sendiri sampai Lira benar-benar pulih.

“Dika…” sapa seorang gadis, wajahnya nampak tak asing lagi tapi aku tak tahu siapa dia, tangannya memakai gips, langkahnya agak tertatih, ada luka yang di tutupi perban di dahinya, “ini aku bawakan buah-buahan dan beberapa cemilan kalau nanti tengah malam kamu merasa lapar” lanjutnya, suaranya begitu lembut sampai-sampai mampu menenangkan kegalauan dalam hatiku, aku hanya tersenyum “terima kasih” jawabku sambil mengangguk,tampaknya gadis itu tersadar kalau aku belum mengenalnya “oh..maafkan saya, saya Ghea sepupunya Lira, saya baru saja menjenguk Lira dan setelah itu saya kesini, bagaimana sudah agak baikan?” tanyanya lagi, aku mengangguk dan mulai berbaring lagi, rasanya lelah sekali, mungkin pengaruh obat yang diberikan suster tadi, “bagaimana keadaan Lira?” tanyaku, dia sedikit terhenyak kaget, mungkin karena pertanyaan ku yang tiba-tiba, dia tersenyum, “dia baik-baik saja, sekarang kamu istirahat saja “ lanjutnya, badanku benar-benar lelah, kurasakan ada yang menyelimutiku tapi aku terlalu lelah untuk menghiraukan hal itu .... mataku terasa sangat berat, hingga aku menyerah pada tubuhku yang membuat aku semakin ingin terlelap....
&&&&

Hari ini aku sudah boleh pulang, tapi tidak dengan Lira, luka akibat pecahan kaca mobil di sebagian tubuhnya masih belum sembuh benar, kuputuskan untuk menjenguk dia terlebih dahulu, menungguinya, kulihat Ghea gadis yang kemarin menjengukku ada disana, matanya merah seperti habis menangis begitupun wanita separuh baya yang duduk bersamanya, berdiri disampingnya cowok sambil sesekali membelai lembut tangan Lira, di dekat jendela berdiri seorang lelaki berbadan tegap memandang ke arah jendela, “Nak Dika kemarilah nak, duduk disini”, wanita itu bangkit berdiri dan mempersilahkan aku duduk dekat Ghea, kulihat Lira sedang menangis juga “sayang, kenapa?” tanyaku, Lira hanya menggelengkan kepala lalu mulai menyeka air matanya, lelaki yang sedari tadi memalingkan mukanya kearah jandela mulai membalikkan badannya sambil membetulkan letak kaca matanya, dari gayanya itu aku tahu itu papanya Lira dan aku yakin sekarang dia akan marah besar kepadaku karena kejadian ini,

“Om, maafkan saya membuat Lira seperti ini, saya akan bertanggung jawab sampai Lira sembuh Om, sekali lagi maafkan saya Om” kataku, ”jangan terlalu difikirkan nak Dika, lebih baik nak Dika juga banyak istirahat” timpalnya, sedikit membuat hatiku lega, kukira dia akan marah besar anak semata wayangnya aku bikin amnesia, sebenarnya dia ingat masa lalunya tapi dia tidak ingat masa beberapa tahun terakhir saja, kata dokter kemampuan merekam memory di otaknya, tidak berfungsi dengan baik, mungkin akibat benturan keras saat kejadian saat itu, dan hal itulah yang membuat aku semakin bertambah bersalah.

Kupegang tangan Lira, luka pecahan kaca masih sangat jelas terlihat, ”maafkan aku sayang, aku janji akan menjengukmu setiap hari” hiburku padanya, ”jangan peduliin aku Dik, kamu yang harus banyak istirahat” jawabnya, itulah Lira, selalu memikirkan orang lain padahal dia sendiri sangat menderita itulah sebabnya aku sangat mencintai Lira,

“Dika, kamu pulang sama siapa?biar aku yang antar kamu pulang”, suara Ghea terdengar lirih tapi berusaha tegar, pasti dia sedih sepupunya sendiri tidak mengenalinya, seperti Lira tidak mengenali aku, yang aku tahu Ghea sepupu Lira yang jarang sekali berjumpa tetapi mereka sangat dekat, pasti sedih buat Ghea dalam sekejap Lira lupa segala sesuatu tentang dia, “terimakasih tapi aku dijemput orang rumah” jawabku, dia hanya mengangguk dan pamit meninggalkan ruangan itu, sekilas kulihat air matanya mulai menetes lagi sungguh kasihan Ghea akupun akan demikian jika saudaraku satu-satunya tiba-tiba melupakan aku, ”aku pamit Om,Tante” pamitku kemudian, cowok yang sedari tadi memegangi tangan Lira ikut mengangguk saat ku beri salam, baru kali ini aku melihatnya, mungkin saja dia kerabat Lira yang lain.

Saat aku melangkah kearah lobi aku lihat Ghea sudah berada bersama mamaku, mereka terlihat sudah akrab dari mana mereka saling kenal? Diam-diam kudekati mereka, dari pembicaraan mereka aku sedikit mencuri dengar, ”Dia ngga kenal sama sekali sama aku Tante, padahal aku orang terdekat dia, kenapa dia bisa lupa sama aku Tante..” isaknya dipelukan mama, “pada orang disekitar dia, dia tidak lupa tapi kenapa sama aku dia lupa Tante, ini bener-bener ngga adil buat aku” lanjutnya lagi,

kasian Ghea aku tak mengira dia bisa sampai sedih seperti itu,aku jadi merasa semakin bersalah terlebih lagi pada Ghea, ”maafkan aku Ghea,aku tahu ini berat buat kamu, aku juga ngga mau hal ini terjadi sama kamu, sama aku, sama kita semua Ghea, aku juga ingin semua kembali baik-baik saja seperti dulu, ini haya masalah waktu saja Ghea, kita sama-sama menunggu, kamu mau kan Ghea?” Ghea tersentak, membalikkan badannya, wajahnya menengadah menantangku, matanya menuju kearah mataku, sayu tapi terasa tajam bagiku seakan akan ada yang ingin dia cari disana, “benar apa yang kamu omongin Dika?” tanyanya, aku mengangguk meyakinkannya, Ghea memelukku erat, aku tak tahu apa maksudnya tapi aku berusaha menenangkannya atau sebaliknya pelukannya benar benar menenangkanku “kalau begitu kita akan menunggunya sama-sama, aku akan selalu menunggu, Dika, sampai kapanpun juga” Ghea melepaskan pelukannya dan mulai meninggalkan kami, ada yang hilang saat kulihat kepergiannya dan menghilang dibalik pintu lift, mungkin saja karena rasa bersalah ini ........

Dua bulan aku menjalani masa pemulihan tanpa bertemu dengan Lira tapi aneh aku tidak begitu merindukan dia justru Ghea yang selalu hadir dalam hari-hariku, dia juga yang selalu menemani aku dan aku merasa tidak ada yang hilang dari diri aku selama ini,sebetulnya dua minggu yang lalu aku sudah tahu Lira sudah pulang dari rumah sakit tapi mama terlalu memanjakan aku, katanya aku masih belum pulih padahal fisikli aku sudah merasa pulih hanya saja beberapa hari terakhir aku sering bermimpi tentang kejadian kecelakaan itu dan sering mendapati de javu dikehidupan aku, mungkin syok akibat kecelakaan itu.

“Dika…ada telfon…” mama berteriak dari bawah, dengan agak malas aku mengangkat telfon “Dika, ini aku” suara dari arah sana seperti aku kenal, ”Lira…” lanjutnya lagi, ya Tuhan Lira, akhirnya mau juga menelpon aku, mungkinkah dia sudah mulai mengenal aku? “sayang, ini beneran kamu, apa kamu sudah ingat semuanya?” tanyaku kegirangan, suara diujung sana terdengar canggung, puh!mungkin saja dia masih belum mengenali aku, ”Dika,nanti malam datang ya ke café Tulip, kamu bisa datang kan?”tanyanya lagi, ”Ok! aku datang” janjiku, heran juga mengapa Lira ingin menemui aku disana? Tapi sepertinya rasa girangku jauh lebih besar daripada rasa heranku..

Suasana di café itu sungguh ramai, ku cari sosok Lira, tak kutemukan,tiba-tiba mataku tertuju pada gadis yang berbalut gaun hitam, Lira ! aku setengah berlari menghampirinya, saat kutepuk pundaknya gadis itu berbalik, Ghea! “Dika, akhirnya… kamu sudah datang aku kira kamu lupa “ katanya lagi senyumnya sungguh manis sekali aku seperti sudah lama mengenal Ghea, ”mana Lira ?” tanyaku, senyum itu seperti menghilang dari bibir manisnya, “maaf Dika…sebenarnya aku yang menelfonmu, aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu” lanjutnya lagi, ”apa ?, jadi demi kamu aku harus jauh jauh datang kesini?”,

aku tak menyangka Ghea rela melakukan itu mungkinkah selama ini dia salah duga akan sikapku terhadapnya, mungkinkah dia mengira aku membiarkan dia merawatku karena dia kira aku menyukainya, “tadinya aku fikir Lira benar sudah sembuh dan mengingat aku lagi, tapi ternyata ini hanya permainan kamu saja Ghea,dimana kamu simpan hati nurani kamu sampai-sampai kamu bisa mengelabui aku seperti ini?”bentakku pada Ghea, gadis itu mulai menangis “aku bisa jelasin Dika, tapi aku mohon kamu tenang dulu” Ghea berusaha membujukku, tapi aku benar-benar kecewa padanya bukankah Lira itu sepupunya sendiri, tapi kenapa dia tega melakukan ini padaku kekasih sepupunya sendiri

Di dalam kegalauanku tiba-tiba ”Dika.....” suara Lira memanggilku dia sudah ada di belakangku, berdiri di sampingnya cowok yang dulu pernah aku lihat di rumah sakit bersama Lira, “kita memang saling mencintai Dika, tapi itu dulu sudah lama sekali tapi kita masih berteman sampai akhirnya kamu bertemu Ghea sepupuku, Ghea menetap dirumahku karena orang tuanya di luar negri, kamu yang selama ini menjaga dia, apa kamu ngga ingat sedikitpun tentang dia Dika?” penjelasan Lira sungguh diluar dugaanku “demi Tuhan Dika, tidak ingatkah kamu sedikit saja tentang aku, tentang hari ini,tentang tempat ini, tentang kenangan kita?”, isak Ghea mulai memecah sunyi suasana, mata itu, raut wajah itu, tangisan itu sungguh tak asing di ingatanku tapi mengapa semua orang memandang kearahku?

Ini seperti didalam film, begitu banyak kilasan kejadian di kepalaku membuat kepalaku sakit luar biasa, aku melihat diriku didalam mobil, bersama seorang gadis, ditangannya memegang gaun berwarna hitam, gaun yang sama persis yang dikenakan Ghea malam ini, tapi gadis itu bukan Lira, gadis itu Ghea! Lalu aku pandangi Ghea dia masih menangis tapi sekarang aku ingat, Ghea, dia gadis yang selama ini aku cintai gadis yang selama ini aku kira telah melupakan aku ternyata akulah yang telah melupakannya, akulah yang amnesia, selama ini akulah yang lupa kenangan aku bersama Ghea,sungguh malang Ghea harus mengenalku dari awal lagi, aku juga lupa hari ini hari ulang tahunnya, kecelakaan itu telah merenggut segalanya dari Ghea,

Malam itu aku mengantar Ghea memilih baju di butik untuk hari ulang tahunnya, aku juga ingat malam itu Lira ada bersama kami, dia mengantar kami untuk mencari baju yang cocok untuk Ghea, demi hari ini Ghea melakukan segalanya, tapi aku malah menghancurkannya,kekasih macam apa aku ini?, kulihat sekelilingku, aku tahu mereka sekarang, teman-teman dan sahabatku juga kawan Ghea semua ada disitu, aku juga telah melupakan mereka semua, aku tutup wajahku, satu persatu kenanganku bersama mereka muncul, membuatku merasa seperti mahluk asing, membayangkan semua mata tertuju padaku membuat aku merasa seseorang yang sedang dihakimi...

“lihat aku Dhika, aku masih disini menunggumu menepati janjiku untuk menunggu sama-sama, bukan untuk Lira, tapi untuk kamu Dika, untuk kita” suara Ghea menyadarkan aku bahwa aku harus menerima kenyataan ini, kubuka mataku, seolah dunia baru telah menantiku, sentuhan tangan Ghea membawaku kembali kealam nyata, “maafkan aku harus membuatmu ingat dengan cara ini Dhika, semua aku lakukan karena aku nggak rela dilupakan olehmu sehari lagi”, tangisan Ghea sepertinya sudah tak bisa di bendung lagi, Kupeluk Ghea dengan erat, rasa damai itu datang lagi, pantas saja selama ini aku merasa nyaman berada di dekatnya, menemaiku selama ini adalah neraka baginya, sungguh aku tak bisa melihat dia menderita lagi, “Maafkan aku Ghea, maafkan aku karena selama ini aku telah melupakanmu, tapi aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi, akan aku ganti setiap detik yang telah hilang dari kisah kita, dengan selalu menjagamu”, aku tatap mata Ghea, aku yakinkan dia kesetiaan yang dia cari dimataku memang benar adanya, kulihat dia tersenyum bahagia,senyum yang sama seperti terakhir kali kulihat dia, sebelum aku melupakan dia....

Comments

  1. Makasih ya udah bisa nyempetin baca postingan Nha',
    ditunggu aja comment2 nya...

    ReplyDelete

Post a Comment

"Saya berharap kita semua dapat berkomentar dengan sopan"

Terima Kasih.

Popular posts from this blog

MY NEW NORMAL

BAKSO MURAH MERIAH