BINAR BINAR

nhacerita.blogspot.com
Langkah kecil itu seakan seribu kali lebih lincah dari loncatan kancil, keringat yang menempel di dahi dan hidungnya sesekali diusap dengan kerudung mungilnya, matanya bersinar lebih dari biasanya, di dadanya didekap sebuah buku yang kelihatannya masih baru, nafasnya sudah semakin memburu tapi langkahnya semakin dipercepat manakala terlihat dari jarak jauh rumah yang baginya sebuah istana..

“Ummi …..” teriaknya sambil terus berlari,
“Ummi………..” teriaknya lagi dengan sedikit lengkingan diujungnya, Ummi menoleh dengan perasaan yang tak kalah riang, disambutnya anak semata wayang dengan dekapan teduhnya, “Ummi … Ummi …. Lihat yang Binar bawa, ini punya Binar lho Ummi” senyumnya melebar, nafasnya masih terasa berat akibat berlari kecil sepanjang perjalanan pulang.

Umminya hanya tersenyum lalu berlutut dihadapan malaikat kecilnya itu “Assalamualaikumnya mana?” sambil mengusap kepala Binar, “Assalamualaikum, Ummi” kata Binar dengan sedikit malu “Waalaikumsalam..” jawab Ummi, “ Nanti saja ceritanya ya, sekarang Binar ambil air wudhu dulu, shalat, lalu lekas makan siang” Ummi meneruskan yang dijawab Binar dengan sebuah anggukan, nafasnya masih terus memburu “Minum dulu, sana “ lanjut Ummi, tanpa dikomando lagi Binar segera mengambil segelas air dan langsung meneguknya.. “duduk dong …” kata Ummi begitu melihat Binar tidak duduk saat minum, “sudah habis Ummi, Ummi ngasih taunya telat” jawab Binar sambil mengacungkan gelas yang sudah kosong, sang Ibu hanya menggelengkan kepala sambil membawa tas dan buku yang tadi dibawa Binar kedalam kamar anaknya itu.

Lalu dilihatnya buku yang penuh warna itu, dari mana Binar dapat buku sebagus ini, masih baru lagi, masih dibungkus plastik, tapi pertanyaan Ummi disimpannya mengingat Binar masih harus shalat dan makan, “Ummi tunggu diluar, ya” kata ummi ketika melihat Binar sudah selesai mengambil air wudhu, Binar mengangguk.

Beberapa saat kemudian Binar keluar dari kamar, bajunya sudah berganti, Ummi menyodorkan makan siang yang langsung dimakan Binar dengan lahapnya, Ummi tahu kebiasaan Binar yang tidak pernah mau jajan di sekolahan karena uangnya ingin dia tabung untuk membeli sebuah buku, mungkinkah buku itu …?.

Belum juga Ummi selesai berasumsi, Binar sudah membuka pembicaraan “Bagus ga buku yang tadi Binar bawa, Ummi”, “Bagus..” jawab Ummi, “Binar dapat dari Ibu guru cantik tadi di sekolahan, buku itu sama persis seperti yang Tasya punya, Ummi”, Ummi jadi teringat beberapa bulan yang lalu Binar ingin sekali membeli sebuah buku yang dimiliki seorang temannya, katanya buku itu bisa melihat dunia, semua yang ada di dunia ada di buku itu, Binar sudah mengutarakan hal itu pada Abbinya, tapi kata Abbi "Binar harus menabung dulu" karena ternyata buku itu sagatlah mahal, gaji Abbi yang hanya kerja serabutan ga memungkinkan membelikan Binar buku semahal itu.

“Dari Ibu guru?” tanya Ummi, binar mengangguk sambul menelan nasi yang sedari tadi dikunyahnya “Kata Ibu guru itu hadiah buat Binar”. “Hadiah?, hadiah dalam rangka apa?” Ummi semakin bingung, seakan tahu kebingungan sang Ibu, Binar lekas menjelaskan “Gini lho Ummi, Ibu guru pernah tanya sama Binar kenapa Binar tidak suka jajan di sekolah, Binar bilang Binar ingin menabung buat beli buku, terus Ibu guru bilang kalau selama sebulan penuh Binar tidak telat masuk sekolah dan nilai ulangan harian Binar bagus terus Binar bakalan dikasih hadiah buku, padahal Binar engga bilang mau beli buku apa lho Ummi, tapi Ibu guru bisa tau ya” cerocos Binar.

Ummi terdiam, ada rasa sedih dan bangga, sedih karena tidak bisa membelikan buku untuk Binar mengingat untuk masuk ke sekolah itu saja mereka dapat bantuan dari pemerintah sekitar,, juga rasa bangga karena walaupun harus menempuh jarak yang begitu jauh Binar mau menjalaninya untuk bisa sekolah, semangat yang menurun dari Abbinya pikir Ummi, walau harus pulang seminggu sekali dari kota tapi Abbi terus bersemangat mencari nafkah untuk keluarganya. “Ummi melamun?” suara Binar membuyarkan lamunan Ummi, Ummi hanya tersenyum lalu mengusap kepala Binar penuh kasih sayang “sampaikan rasa terima kasih Ummi untuk Ibu guru ya” kata Ummi “Iya Ummi” jawab Binar. Malam ini biar Ummi peluk terus tubuh Binar sebagai rasa syukur pada Allah, pikir Ummi.

****

“Assalamualaikum …..!!!” Suara itu Binar kenal betul, Binar cepat keluar dari kamarnya, lalu berlari menghambur ke arah suara datang begitu melihat orang yang datang adalah orang yang selama ini dia nantikan “ Abbi …….” teriak Binar , pelukannya melekat erat di pundak sang ayah, “kenapa Abbi lama sekali pulangnya, tidak seperti biasanya” lanjut Binar sambil menggelayut manja di lengan Abbi, “itu karena Abbi  punya sesuatu buat Binar” jawab abbi sambil mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya, Binar menunngu penuh harap, apakah coklat yang selama ini dia inginkan? Ataukah boneka barbie yang sangat dia dambakan?.

Tapi… Binar hafal betul warna itu, “Ini .. Abbi belikan Binar buku yang selama ini Binar mau” kata Abbi dengan bangganya, merasa sudah memenuhi keinginan putri semata wayangnya itu dengan hasil keringatnya sendiri, tapi Abbi tidak menangkap binar dimata Binar seperti biasanya ataukah bukan buku ini yang diinginkan Binar, fikir abbi, Binar menerima buku itu dari tangan Abbi, seharusnya Binar senang dengan apa yang diterimanya dari Abbi, seharusnya Binar melompat girang saat Abbi mengeluarkan hadiah untuknya itu, tapi kenapa rasa itu tidak ada dalam hati Binar, mengapa justru Binar merasa terbebani, “ Terima kasih Abbi, Binar masuk kamar dulu” lanjut Binar dengan senyum yang menurut Abbi terlalu dipaksakan.

Mata Abbi melirik ke arah Ummi yang sedari tadi memperhatikan, suasana hening sejenak, “Ada apa dengan Binar mi, ko seperti tidak senang dengan buku yang dibelikan Abbi, bukankah buku itu yang Binar mau?” Ummi mengangguk mengiyakan omongan Abbi, “tapi Abbi telat” jawab Ummi, “telat gimana maksud Ummi?”. “Binar sudah punya buku itu”, “Masa sih mi, dari mana Binar dapat buku sebagus dan semahal itu?” Abbi semakin heran,  setelah Ummi menjelaskan barulah Abbi mengerti kegelisahan yang dirasakan Binar,Abbi dan Ummi saling nertatapan dan saling melempar senyum.

Dikamar Binar berfikir keras, sebetulnya dia senang sekali dapat buku itu dari Abbi, tapi karena dia sudah dapat terlebih dahulu dari Ibu guru rasa itu sudah tidak keluar spontan seperti pertama Binar dapat buku itu. Pintu kamar Binar terdengar dibuka, Binar menoleh dan tersenyum ketika melihat Abbi muncul dari balik pintu, “Abbi sudah tau semuanya dari Ummi, Abbi minta maaf, seharusnya Abbi tanya dulu ya sebelum Abbi beli buku itu” kata Abbi menenangkan Binar, mata Binar tak berkedip menatap kedua mata Abbi, “ Seharusnya Binar yang minta maaf sama Abbi, seharusnya Binar senang sekali, tapi jujur Binar sangat senang dapat buku ini dari abbi, Binar hanya …. Tidak tau mau diapakan buku-buku ini, kalau untuk dibaca, satu saja Binar rasa sudah cukup, betul kan Abbi?” kata Binar seolah ingin menumpahkan kegelisahannya, “Betul” jawab Abbi, “ Oleh karena itu Abbi ijinkan Binar untuk mau diapakan saja buku itu, asal Binar senang”.


Binar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Abbi, “ Betul Abbi??” Abbi menganggukkan kepala lalu membelai rambut Binar dengan rasa penuh kasih sayang, “ Binar sudah tahu mau diapakan buku ini?” kata Abbi, binar mengangguk, “ Binar mau kasih satu pada Aisyah teman Binar, dia juga sangat menginginkan buku ini, Abbi, tapi kan Aisyah sudah tidak punya Abbi yang bisa membelikan buku untuk dia” jawab Binar, “ Wah bagus itu, tapi dari mana Aisyah tahu buku semacam ini, Aisyah kan tidak sekolah ditempat yang sama dengan Binar?” selidik Abbi sedikit menjahili Binar, “ Binar sempat membaca buku ini dengan Aisyah. Abbi, sewaktu Binar dapat pertama kali buku itu, Ummi bilang boleh ko’ baca sama-sama bareng Aisyah “ jawab Binar dengan sedikit malu.


Rasa bangga menyelimuti hati Abbi pada putri kecilnya itu, di usia yang terbilang kanak-kanak Binar sudah punya jiwa sosial yang tinggi, “ kalau begitu kasih buku ini pada Aisyah besok ya” lanjut Abbi, “Eits …. Kata siapa Binar mau kasih buku yang Abbi kasih?” kata Binar, Abbi mengernyitkan dahinya”Lantas ?”, “Binar mau kasih buku yang dikasih Ibu guru, Abbi beli buku ini buat Binar dengan hasil jerih payah Abbi kan, Binar juga ingin kasih buku hasil jerih payah Binar buat Aisyah” jawab Binar tak kalah usil, “ Oooohhh” jawab Abbi, dipeluknya tubuh mungil Binar dengan rasa haru, melihat binar dimata Binar, yang selalu berada disana seingat yang Abbi tahu, didalam hati Abbi berdoa, semoga binar itu tetap ada dimata Binar. 


Selesai.

Lihat juga koleksi Cerpen saya yang lainnya Disini.


Terima Kasih.

Comments

Popular posts from this blog

MY NEW NORMAL

BAKSO MURAH MERIAH

ARTI MAMA DIHATIKU