MY NEW NORMAL

Assalamualaikum teman-teman semua, Alhamdulillah akhirnya hari ini bisa menyapa teman-teman semua. Sebelumnya saya mau minta maaf karena sudah lama tidak menyapa (dalam bentuk apapun) dikarenakan banyak hal, bagaimana kabarnya semua, dan kesibukan apa yang menemani teman teman semua selama dirumah saja? (boleh komen dibawah ya ...)

Masih bingung sebenarnya mau nulis apa, bukan tidak ada ide hanya saja terlalu banyak cerita yang belum diselesaikan endingnya mau seperti apa hehehehe ,namun akhirnya salah satu cerpen saya selesai dibuat dan siap untuk di bagikan disiini, terinspirasi dari kondisi kita saat ini yang mulai memasuki new normal...selamat membaca.

My NewNormal

nhacerita.blogspot.com

            Aku mencoba menarik nafas panjang, awalnya terasa nyaman, suara burung dipagi hari, suara angin disela-sela jendela kamarku, hingga suara kepak sayap kupu-kupu sepertinya bisa aku dengar dari balik selimutku ini (tapi bo’ong hehehehe), sampai tiba-tiba rasa itu hadir lagi dan membuatku tercekat, nafasku terhempas berat, sakit di dada itu hadir lagi, betapa sakitnya berdamai dengan sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan membuat hela ini semakin berat, dicuaca indah seperti pagi ini pun aku tak bisa menikmatinya terlebih saat aku sendiri. Sekejam inikah dunia terhadapku sehingga untuk bersyukur atas hari ini saja aku tidak bisa, ataukah aku yang terlalu egois?

            Aku buka pesan di ponsel yang sudah beberpa hari ini aku abaikan, terlalu banyak pesan yang aku lewatkan, tapi tak sedikit pun aku ingin membukanya, apalagi membalasnya, rasa-rasanya doa dari mereka lebih ke rasa mengasihani diriku, sebagian besar mungkin hanya rasa iba hanya karena kenal saja denganku, basa basi yang sangat tidak perlu menurutku, setidaknya itu yang ada di pikiranku saat ini.

Ponselku bergetar lagi, ada nama yang muncul dilayar, nama yang sama yang sudah membuat aku seperti ini, entah itu panggilan yang keberapa darinya, kenapa baru sekarang dia sibuk mencari aku?, disaat seharusnya dia sudah bisa melepaskan dan setelah apa yang dia lakukan padaku dan pada hatiku.

Radifka, nama yang selama ini mengisi hariku, mengisi diaryku, mengisi instastoryku, ponselku bahkan hidupku, aku menganggap dia dunia kecilku, pertunangan yang menjadi mommen terindah dalam hidupku harus berakhir begitu saja. Mengapa ada dusta dan penghianatan di dunia ini, bisakah aku hapus kata-kata itu dari seluruh kamus bahasa di jagad raya ini.

Aku terduduk di tepi tempat tidurku, tercium aroma parfum sekilas, rupanya wangi parfum pavoritku masih tertinggal di kamar ini ugghh!!! Kenapa hanya dengan  menciumnya saja memory hadir lagi, kenapa harus??? Aku tidak suka wangi ini, tidak lagi, pipiku menghangat, mataku merabun, saat aku pejamkan mata ada yang tumpah dari sana, kenapa masih begitu sakit??. Dika .... kenapa masih sakit mengingat nama itu.... mengapa begitu sulit menerima kalau dia bukan milikku lagi, kalau dia dari awal takut berkomitmen kenapa dalam deras hujan dia melamarku, meluluhkan hatiku untuk menjawab “iya....”.

Senja itu Dika datang, seperti biasa kami berbincang di teras rumah, tak  ada yg special kala itu, langit menurunkan rintiknya, sudah menjadi kebiasaan Dika datang membawa makanan untuk kami makan di gazebo halaman belakang rumah, tapi rupanya ada yang lain, Dika hanya membawa Tiramisu ukuran small box dan Dika sangat tahu itu tidak akan cukup untukku, aku sedikit merengut walau akhirnya aku buka juga kotaknya, seketika bibirku yg semula manyun berganti senyum kecil, aku melihat sebuah cincin putih disana, berhias batu putih mengkilat persis seperti yang aku suka, aku tak berani berspekulasi, jangan jangan Cuma becandaan Dika aja, hujan semakin deras kala itu, Dika lalu berkata “will you marry me ....?”, “will apa?” tanyaku, suara hujan menyamarkan suara Dika, “ Marry me ...” teriaknya, dadaku berdegup kencang, entah senyumku selebar apa saat itu hahahaha ..... aku lalu balas teriak “Iya ,,,”, Dika memasangkan cincin dijari manisku dan aku hanya terkikik ketika melihat jariku penuh dengan krim Tiramisu, sepertinya hanya aku cewe yang dilamar pakai cincin berbalut Tiramisu, aku kira tak akan ada yang bisa merubah kecintaanku pada Tiramisu walaupun berat badanku taruhannya, tapi Dika bisa, dia bisa merubah aku menjadi benci wangi parfum pavoritku, bahkan lagu kesukaanku. Bagaimana tidak, Dika yang aku fikir akan aku milikki sutuhnya, Dika yang mengetahuiku segala kekuranganku dan dia masih bersamaku, Dika yang mau mendengar keluh kesahku, ternyata dia mencintai orang lain, teman kerjanya sendiri, seperti adegan disebuah sinetron memang, tapi itulah yang terjadi.

Semenjak itu aku memutuskan menghindari Dika, pesan dari orang yang ku kenal mulai berdatangan, dari yang hanya ingin mengetahui kejadian sesungguhnya hingga pesan berisi rasa marah, keberpihakan kepadaku, mengasihani, seolah menguatkan, tapi tak satupun yang mendoakan agar aku bisa kembali pada Dika, merebut hati Dika kembali tepatnya. Aku ingin Dika kembali, sangat ingin, tapi segala macam cara yang Dika lakukan agar aku memaafkannya tak satupun yang membuat hatiku luluh, jadi mau apa sesungguhnya aku??? Separah inikah ke egoisanku.

            Pintu kamarku diketuk, “sayang, ada yang ingin ketemu nih”, suara mama menghilangkan panggung opera yang tengah aku bangun sendiri, menyisakan titik bening di ujung mataku, tanpa menunggu ijin dariku tahu-tahu pintu kamarku sudah terbuka, Mama memang tak mengijinkan aku mengunci kamar semenjak kejadian itu, sepertinya dia tak ingin anak semata wayangnya melakukan hal diluar nalar setelah patah hati, suara derap langkah menghambur seketika, Tissa sahabatku ternyata, dari wangi bedak bayi nya aku tahu kalau itu dia, teman semasa kecilku hingga kini, teman berjarak beberapa blok dari rumahku, satu satunya orang yang tidak mengirimiku pesan pastinya, karena dia tahu aku tak akan membacanya, seeseorang yang tak pernah mau aku menyelesaikan masalahku dengan menangis, 1001 macam cara akan dia lakukan agar aku bisa menyelesaikan masalahku Tanpa menangis, “apaan itu?” tanyaku setelah ada yang bergerak gerak di langit-langit kamarku, “Balooooon.....” teriaknya memekakan telinga disambung dengan suara cekikikannya yang khas, aku lihat dia seperti memainkan layangan membuat tiga balon besar itu menari-nari di atas sana, sekilas aku melihat senyum mama sambil menggelengkan kepala, dia tahu aku sudah berada ditangan yang tepat, aku balas senyum mama dengan anggukan kecil, lalu aku tersenyum pada mama sebagai terima kasihku karena aku tahu pasti mama yang menghubungi Tissa, sampai mahluk Tuhan paling cerewet ini datang kesini.

“Are you ok?” Tanya Tissa, aku mengangguk kecil, Tissa lalu cemberut tanda tau kalau aku ngga ok ok saja,  “Moza sayang, udahan ya sedihnya, aku ngga mau lho terus terusan mengurusi absenmu di mata kuliah si dosen killer itu”, bola mata Tissa menjelajah ke seluruh sudut matanya, membuat aku tertawa geli, ahh... lega rasanya bisa tertawa lagi, tertawa lepas seperti ini lagi, setelah seminggu ini aku menjadi manusia paling lemah terpuruk meratapi kesedihanku sendiri.

“selama ini aku ngga pernah ngebiarin kamu nangis Za, tapi untuk kali ini aku ngga akan menahan kamu, kalau kamu mau aku bakalan nemenin kamu nangis” katanya membuatku terhenyak dari tempatku bediam, apakah kamu ingin melemah bersamaku Tissa, pikirku, “Bukan ingin melemah bersama kamu” lanjutnya “tapi aku pengen kamu menhabiskan air mata kamu buat Radifka, Dika atau siapalah namanya itu, hanya untuk hari ini saja, tidak untuk besok dan hari lainnya” cerocosnya seolah tahu yang ada difikiranku. Aku melunak, haru, marah, sedih, bahagia menjadi satu, seketika rasa sedih itu dating lagi, cukup sebagai alas an untukku menangis sejadinya, Tika hanya diam, lalu memelukku erat, membiarkan bahunya basah oleh kebodohanku, basah oleh airmata kekalahanku, dinding kokoh yang selama ini kami bangun selama ini roboh begitu saja, bendungan air mata yang selama ini selalu berhasil kami bangun seketika luluh lantak tak bersisa, inilah puncak ketidak berdayaanku, dan aku sangat menikmatinya, kisah indah, romantic, sedih dan kecewa ikut terhanyut seiring berlinangnya air mataku, aku merasakan bahu Tissa ikut berguncang, aku tahu dia akan menangis bersamaku, entah berapa lama tangis ini berlangsung, yang aku tahu matahari sudah sangat meninggi, posisi kami pun sudah sama sama berbaring di atas selimut, Tissa membuka lebar tirai jendela kamarku, udara yang masuk memberikan semangat baru dihatiku, aku lalu berdir diatas tempat tidurku mencoba meraih ujung tali balon yang tadi Tissa bawa, aku lepaskan cincin pertunanganku dari  jari manisku, aku ikatkan diujung talinya, aku mengikuti Tissa yang sudah berdiri dibalkon kamarku. Melihat apa yang aku bawa tissa hanya tersenyum seakan tahu apa yang akan aku lakukan, dia mengangguk memastikan, aku menggenggam tangannya seakan mengiya kan, tali itu kami pegang berdua, lalu melepaskannya bersama, tak ada kesedihan dan penyesalan sesudahnya, kami tertawa lepas dan berpelukan, lega rasanya masih ada dia disisku, “makasih sayang....” bisikku, Tissa hanya memelukku lebih erat, aku tahu dia akan selalu mendukung aku, “kemana hari ini kita sekarang??” Tanya Tissa, pandangan kami beradu, ada kegelian tertinggal disana, lalu sama sama kami teriak “Tiramisuuuu!!!!” lalu bergegas kembali kekamar untuk mandi dan bersiap.

            Ketakutanku selama ini tak beralasan, melepaskan Dika bukan berarti melepaskan segala yang aku suka, aku yakin ada seseorang yang lebih mencintaiku suati saat nanti yang akan menjadi my new little world, aku akan menjadi seseorang yang labih bahagia, lebih dihargai, this is my new life, my new normal.


Comments

Popular posts from this blog

BAKSO MURAH MERIAH